Pages

Bisikan Hati

23 Mar 2014
Aku tak pandai mengungkapkan perasaan. Aku juga tak pandai menuliskan apa yang aku rasa. Namun, aku bisa berkali-kali menunjukkan bagaimana perasaanku juga apa yang kurasakan sekarang ataupun nanti.Selama aku bisa menujukkannya, apa bisa kau mengertiku? Seorang wanita, sepertiku, hanyalah butuh sedikit pengertian. Karena aku tak bisa membuat kau selalu mementingkanku. Tak bisa selalu membuat kau mengasihiku. Apakah tak seharusnya aku memendam keinginanku? Kau adalah alasanku.



_Astried Herera_
Read more ...

Tulisan 2 : Bahasa Indonesia

21 Mar 2014
Pemakaian Metode Ilmiah Untuk Menjawab Pertanyaan-Pertanyaan Ilmiah

Metode Ilmiah merupakan teknik merumuskan pertanyaan dan menjawab pertanyaan  melalui kegiatan observasi, mencoba melaksanakan aktivitas, atau melaksanakan percobaan. Oleh karena itu, pada umumnya,  pelaksanaan metode ilmiah tersusun dalam tujuh langkah berikut:

1.            Merumuskan pertanyaan.
2.            Merumuskan latar belakang penelitian.
3.            Merumuskan hipotesis.
4.            Menguji hipotesis melalui percobaan.
5.            Menganalisis hasil penelitian dan merumuskan kesimpulan.
6.            Jia hipotesis terbukti benar maka daapt dilanjutkan dengan laporan.
7.            Jika Hipotesis terbukti tidak benar atau benar sebagian maka lakukan pengujian kembali.

Pada ketujuh langkah kegiatan, pada dasarnya untuk mengembangkan keterampilan berpikir logis berdasarkan fakta dan teori. Pertanyaan yang muncul dari pengamatan pada hakekatnya untuk mendalami atau memperluas cakrawala ilmu. Oleh karena itu, dalam proses pendalam di sini mencakup aktivitas eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi untuk meyakinkan bahwa ilmu pengetahuan yang telah siswa ketahui teruji kebenarannya. Yang menarik di sini, bagaimana guru mengembangkan keterampilan siswa bertanya. Masalah ini perlu menjadi penekanan karena dalam pelaksanaan pembelajaran sebelumnya telah terbentuk kebiasaan guru yang bertanya dan siswa selalu menjawab. Dalam penerapan kurikulum 2013, siswa menggali informasi dengan diawali dengan mengamati dan bertanya, lalu siswa mendalami informasi untuk menjawab pertanyaan.

Oleh karena itu, penguasaan teori dalam sebagai dasar untuk menerapkan metode ilmiah perlu siswa kembangkan melalui proses pengamatan atau penelaahan. Berdasarkan  teori yang diperolehnya maka siswa dapat menyederhanakan penjelasan tentang suatu gejala, memprediksi, memandu perumusan kerangka pemikiran untuk memahami masalah. Bersamaan dengan itu, teori menyediakan konsep yang relevan dengan materi pembahasan  sehingga teori menjadi dasar dan mengarahkan perumusan pertanyaan penelitian.

Kecerdasan logika adalah kemampuan untuk memecahkan suatu masalah atau menjawab suatu pertanyaan ilmiah. Karena logika digunakan untuk memecahkan suatu masalah saat seseorang

  • menjabarkan masalah itu menjadi langkah-langkah yang lebih kecil, dan menyelesaikannya sedikit demi sedikit, serta membentuk pola/ menciptakan aturan-aturan (rumus).
  • menggunakan metode ilmiah dalam menjawab suatu pertanyaan. Metode ilmiah ini secara singkat berarti membuat hipotesa, menguji hipotesa dengan mengumpulkan data untuk membuktikan/ menolak suatu teori, dan mengadakan eksperimen untuk menguji hipotesa tersebut.

Seseorang dengan kecerdasan logika akan memiliki salah satu/lebih kemampuan di bawah ini:

  • memahami angka serta konsep-konsep matematika (menambah, mengurangi, mengali, dan membagi) dengan baik.
  • mengorganisasikan/ mengelompokkan kata-kata/ materi (barang)
  • mahir dalam menemukan pola-pola dalam kata-kata dan bahasa.
  • menciptakan, menguasai not-not musik, dan tertarik mendengarkan pola-pola dalam jenis musik yang berbeda-beda.
  • menyusun pola dan melihat bagaimana sebab-akibat bekerja dalam ilmu pengetahuan. Hal ini termasuk kemampuan untuk memperhatikan detail, melihat pola-pola dalam segalanya, mulai dari angka-angka hingga perilaku manusia, dan mampu menemukan hubungannya
Contoh 1: seseorang yang menghabiskan waktu di dapur menggunakan logikanya untuk menerka berapa lama waktu untuk memanggang sesuatu, menakar bumbu, atau merenungkan bagaimana caranya menghidangkan semua makanan agar siap dalam waktu yang bersamaan
Contoh 2: seorang detektif kriminal menggunakan logikanya untuk mereka ulang kejadian pada kasus kejahatan dan mengejar tersangka pelaku.
  • menciptakan visual (gambar) untuk melukiskan bagaimana ilmu pengetahuan bekerja, termasuk menemukan pola-pola visual dan keindahan ilmu pengetahuan (contohnya: menguraikan spektrum cahaya dalam gambar, menggambarkan bentuk-bentuk butiran salju, dan mahluk bersel satu dari bawah mikroskop), mengorgansisasikan informasi dalam tabel dan grafik, membuat grafik untuk hasil-hasil eksperimen, bereksperimen dengan program animasi komputer.
  • menentukan strategi dalam permainan-permainan yang memerlukan penciptaan strategi (contohnya catur, domino) dan memahami langkah-langkah lawan.
  • memahami cara kerja dan bahasa komputer termasuk menciptakan kode-kode, merancang program komputer, dan mengujinya.


Daftar Pustaka

Kemendiknas  208.  Pendekatan, Jenis, dan Metode Penelitian Pendidikan. Jakarta


Wikipedia. 2011. Kecerdasan Logika. Dalam http://id.wikipedia.org/wiki/Kecerdasan_logika
Read more ...

Tulisan 1 : Bahasa Indonesia

21 Mar 2014
Konsep Penalaran Ilmiah Dalam Kaitannya Dengan Penulisan Ilmiah

Penalaran (reasioning) adalah suatu proses berpikir dengan menghubung-hubungkan bukti, fakta atau petunjuk menuju suatu kesimpulan. Dengan kata lain, penalaran adalah proses berpikir yang sistematik dalan logis untuk memperoleh sebuah kesimpulan. Bahan pengambilan kesimpulan itu dapat berupa fakta, informasi, pengalaman, atau pendapat para ahli (otoritas). Secara umum, ada dua jenis penalaran atau pengambilan kesimpulan, yakni penalaran induktif dan deduktif.

Karya tulis ilmiah adalah tulisan yang didasari oleh pengamatan, peninjauan atau penelitian dalam bidang tertentu, disusun menurut metode tertentu dengan sistematika penulisan yang bersantun bahasa dan isinya dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.

Atas dasar itu, sebuah karya tulis ilmiah harus memenuhi tiga syarat:
  1. Isi kajiannya berada pada lingkup pengetahuan ilmiah
  2. Langkah pengerjaannya dijiwai atau menggunakan metode ilmiah
  3. Sosok tampilannya sesuai da telah memenuhi persyaratan sebagai suatu sosok tulisan keilmuan.
Dari pengertian tersebut dapat diketahui bahwa penalaran menjadi bagian penting dalam proses melahirkan sebuah karya ilmiah. Penalaran dimaksud adalah penalaran logis yang mengesampingkan unsur emosi, sentimen pribadi atau sentimen kelompok. Oleh karena itu, dalam menyusun karya ilmiah metode berpikir keilmuan yang menggabungkan cara berpikir/penalaran induktif dan deduktif, sama sekali tidak dapat ditinggalkan.

Metode berpikir keilmuan sendiri selalu ditandai dengan adanya:
  1. Argumentasi teoritik yang benar, sahih dan relevan
  2. Dukungan fakta empirik
  3. Analisis kajia yang mempertautkan antara argumentasi teoritik dengan fakta empirik terhadap permasalahan yang dikaji.

Metode Berfikir Ilmiah

Secara etimologis, metode berasal dari Bahasa Yunani, yaitu “Meta” yang artinya sesudah atau dibalik sesuatu, dan “Hodos” yang artinya jalan yang harus ditempuh (Richard, 1986). Jadi metode berarti langkah-langkah (cara dan teknik) yang diambil menurut urutan tertentu untuk mencapai pengetahuan tertentu. Jadi metode berfikir ilmiah adalah prosedur, cara dan teknik memperoleh pengetahuan, serta untuk membuktikan benar salahnya suatu hipotesis yang telah ditentukan sebelumnya (Branner, 2002).

Metode ilmiah ini adalah sebuah prosedur yang digunakan para ilmuan dalam pencarian kebenaran baru. Dilakukannya dengan cara kerja sistematis terhadap pengetahuan baru, dan melakukan peninjauan kembali kepada pengetahuan yang telah ada (Kattsoff, 1992). Tujuan dari penggunaan metode ilmiah ini yaitu agar ilmu berkembang dan tetap eksis dan mampu menjawab berbagai tantangan yang dihadapi. Kebenaran dan kecocokan kajian ilmiah, akan terbatas pada ruang, waktu, tempat dan kondisi tertentu (Milton, 2004).

Metode ilmiah dipengaruhi oleh unsur alam yang berubah dan bergerak secara dinamik dan teratur. Kondisi alam yang diduga para filosof karena adanya asas tunggal dari alam (natural law). Filosof yakin, bahwa natural law telah menjadi salah satu sebab adanya ketertiban alam (Zuhairini, 1995). Ketertiban akan diangkat dan harus diletakkan sebagai objek ukuran dalam menentukan kebenaran. Corak-corak metodis yang sandarannya pada kondisi alam, yang dinamik dan teratur, harus diakui telah meneyebabkan lahirnya ilmu pengetahuan dengan sifat dan kecendrungan yang positivistic (Titus, 1959). Ilmu selalu berkembang dalam ukuran-ukuran yang konkrit dengan model dan pendekatan serta eksperimen dan observasi. Dalam perkembangan selanjutnya model dan cara berfikir demikian telah memperoleh gugatan. Karena, tidak semua ilmu dapat didekati dengan model yang sama (Sidi, 1973).

Dengan ditemukannya metode berfikir ilmiah, secara langsung telah menyebabkan terjadinya kemajuan dalam ilmu pengetahuan. Manusia bukan saja hidup dalam ritmis modernisasi yang serba mudah dan menjanjikan. Lebih dari itu semua, manusia dapat menggapai sesuatu yang sebelumnya seolah tidak mungkin. Manusia tidak lagi berpangku tangan, terhadap apa yang menjadi kehendak alam (Peursen, 2003).

Arti Kata dan Pengertian Penulisan Ilmiah

Penulisan Ilmiah adalah karya tulis yang disusun oleh seorang penulis berdasarkan hasil-hasil penelitian ilmiah yang telah dilakukannya. Dari definisi yang lain dikatakan bahwa karya ilmiah (scientific paper) adalah laporan tertulis dan dipublikasi yang memaparkan hasil penelitian atau pengkajian yang telah dilakukan oleh seseorang atau sebuah tim dengan memenuhi kaidah dan etika keilmuan yang dikukuhkan dan ditaati oleh masyarakat keilmuan.

Dari pengertian tersebut secara awal kita dapat mengenal salah satu ciri khas karya ilmiah adalah lewat bentuknya yakni tertulis, baik di buku, jurnal, majalah, surat kabar, maupun yang tersebar di internet, di samping ciri lain yang mesti dipenuhi dalam sebuah karya ilmiah.

Jenis dan Macam-macam Penulisan Ilmiah

Jenis-jenis penulisan ilmiah yang utama ialah esei ilmiah, kertas kerja, laporan kajian, tesis dan disertasi :
1.   Esei ilmiah merujuk karangan ilmiah yang pendek tentang topik atau permasalahan berdasarkan data yang diperolehi melalui rujukan perpustakaan dan / atau kerja lapangan. Penghuraiannya bersifat rasional-empiris dan objektif.
2.    Kertas kerja ialah penulisan ilmiah yang memaparkan sesuatu fakta atau permasalahan berdasarkan data kerja lapangan dan / atau rujukan perpustakaan. Analisis dalam kertas kerja adalah lebih serius serta bersifat rasional-empiris dan objektif. Kertas kerja biasanya ditulis untuk diterbitkan dalam jurnal akademik atau dibentangkan dalam pertemuan ilmiah seperti seminar, workshop dan sebagainya.
3.       Laporan kajian atau penyelidikan ialah penulisan ilmiah yang menyampaikan maklumat atau fakta tentang sesuatu kepada pihak lain. Penghuraiannya juga bersandarkan kepada metodologi saintifik dan berdasarkan data kerja lapangan dan / atau rujukan perpustakaan.
4.  Tesis ialah penulisan ilmiah yang sifatnya lebih mendalam. Tesis mengungkapkan pengetahuan baru yang diperoleh daripada pengamatan atau penyelidikan sendiri. Penulisan ilmiah ini melibatkan pengujian hipotesis bagi membuktikan kebenaran.
5.     Disertasi ialah penulisan ilmiah tahap tertinggi dalam hierarki pancapaian akademik, yaitu untuk mendapatkan gelaran Doktor Falsafah (Ph.D). Disertasi melibatkan fakta berupa penemuan penulis sendiri berdasarkan metodologi saintifik dan analisis yang terperinci.


Daftar Pustaka

Brotowidjoyo, Mukayat D. 1985. Penulisan Karangan Ilmiah. Jakarta: Akademika Pressindo

Effendi, S. 1987a. Pedoman Penulisan Laporan Penelitian. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.

Hadi. 2013. “Penalaran dalam Penulisan Karya Ilmiah”.  Dalam http://hadi27.wordpress.com/penalaran-dalam-penulisan-karya-ilmiah/


Hakiim, Azafilmi, Iqbal Syaichurrozi, dan Prita Issolikha Wijayanti. “Konsep Dasar Berfikir Ilmiah dengan Penalaran Deduktif, Induktif, Dan Abduktif.” Dalam http://eprints.undip.ac.id/36328/1/TUGAS_1._iqbal_PAPER_KONSEP_DASAR_BERFIKIR_ILMIAH_DENGAN_PENALARAN_DEDUKTIF,_INDUKTIF,_DAN_ABDUKTIF.doc
Read more ...

Tugas 2 : Bahasa Indonesia

21 Mar 2014
METODE ILMIAH
Metode Ilmiah merupakan suatu cara sistematis yang digunakan oleh para ilmuwan untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Metode ini menggunakan langkah-langkah yang sistematis, teratur dan terkontrol. Pelaksanaan metode ilmiah ini meliputi enam tahap, yaitu :
  1. Merumuskan masalah. Masalah adalah sesuatu yang harus diselesaikan.
  2. Mengumpulkan keterangan, yaitu segala informasi yang mengarah dan dekat pada pemecahan masalah. Sering disebut juga mengkaji teori atau kajian pustaka.
  3. Menyusun hipotesis. Hipotesis merupakan jawaban sementara yang disusun berdasarkan data atau keterangan yang diperoleh selama observasi atau telaah pustaka.
  4. Menguji hipotesis dengan melakukan percobaan atau penelitian.
  5. Mengolah data (hasil) percobaan dengan menggunakan metode statistik untuk menghasilkan kesimpulan. Hasil penelitian dengan metode ini adalah data yang objektif, tidak dipengaruhi subyektifitas ilmuwan peneliti dan universal (dilakukan dimana saja dan oleh siapa saja akan memberikan hasil yang sama).
  6. Menguji kesimpulan. Untuk meyakinkan kebenaran hipotesis melalui hasil percobaan perlu dilakukan uji ulang. Apabila hasil uji senantiasa mendukung hipotesis maka hipotesis itu bisa menjadi kaidah (hukum) dan bahkan menjadi teori.
Metode ilmiah didasari oleh sikap ilmiah. Sikap ilmiah semestinya dimiliki oleh setiap penelitian dan ilmuwan. Adapun sikap ilmiah yang dimaksud adalah :
  1. Rasa ingin tahu
  2. Jujur (menerima kenyataan hasil penelitian dan tidak mengada-ada)
  3. Objektif (sesuai fakta yang ada, dan tidak dipengaruhi oleh perasaan pribadi)
  4. Tekun (tidak putus asa)
  5. Teliti (tidak ceroboh dan tidak melakukan kesalahan)
  6. Terbuka (mau menerima pendapat yang benar dari orang lain)
Penelitian Ilmiah
Salah satu hal yang penting dalam dunia ilmu adalah penelitian (research). Research berasal dari kata re yang berarti kembali dan search yang berarti mencari, sehingga research atau penelitian dapat didefinisikan sebagai suatu usaha untuk mengembangkan dan mengkaji kebenaran suatu pengetahuan.
Suatu penelitian harus memenuhi beberapa karakteristik untuk dapat dikatakan sebagai penelitian ilmiah. Umumnya ada empat karakteristik penelitian ilmiah, yitu :
  1. Sistematik. Berarti suatu penelitian harus disusun dan dilaksanakan secara berurutan sesuai pola dan kaidah yang benar, dari yang mudah dan sederhana sampai yang kompleks.
  2. Logis. Suatu penelitian dikatakan benar bila dapat diterima akal dan berdasarkan fakta empirik. Pencarian kebenaran harus berlangsung menurut prosedur atau kaidah bekerjanya akal, yaitu logika. Prosedur penalaran yang dipakai bisa prosedur induktif yaitu cara berpikir untuk menarik kesimpulan umum dari berbagai kasus individual (khusus) atau prosedur deduktif yaitu cara berpikir untuk menarik kesimpulan yang bersifat khusus dari pernyataan yang bersifat umum.
  3. Empirik. Artinya suatu penelitian biasanya didasarkan pada pengalaman sehari-hari (fakta aposteriori, yaitu fakta dari kesan indra) yang ditemukan atau melalui hasil coba-coba yang kemudian diangkat sebagai hasil penelitian. Landasan penelitian empirik ada tiga yaitu :
a.            Hal-hal empirik selalu memiliki persamaan dan perbedaan (ada penggolongan atau perbandingan satu sama lain)
b.            Hal-hal empirik selalu berubah-ubah sesuai dengan waktu
c.             Hal-hal empirik tidak bisa secara kebetulan, melainkan ada penyebabnya (ada hubungan sebab akibat)
  1. Replikatif. Artinya suatu penelitian yang pernah dilakukan harus diuji kembali oleh peneliti lain dan harus memberikan hasil yang sama bila dilakukan dengan metode, kriteria, dan kondisi yang sama. Agar bersifat replikatif, penyusunan definisi operasional variabel menjadi langkah penting bagi seorang peneliti.

SIKAP ILMIAH

Sikap ilmiah merupakan sikap yang harus ada pada diri seorang ilmuwan atau akademisi ketika menghadapi persoalan-persoalan ilmiah. Sikap ilmiah ini perlu dibiasakan dalam berbagai forum ilmiah, misalnya dalam diskusi, seminar, loka karya, dan penulisan karya ilmiah

Sikap-sikap ilmiah yang dimaksud adalah sebagai berikut:

  • Sikap ingin tahu. Sikap ingin tahu ini terlihat pada kebiasaan bertanya tentang berbagai hal yang berkaitan dengan bidang kajiannya. Mengapa demikian? Bagaimana caranya? Apa saja unsur-unsurnya? Dan seterusnya.
  • Sikap kritis. Sikap kritis ini terlihat pada kebiasaan mencari informasi sebanyak mungkin berkaitan dengan bidang kajiannya untuk dibanding-banding kelebihan-kekurangannya, kecocokan-tidaknya, kebenaran-tidaknya, dan sebagainya.
  • Sikap terbuka. Sikap terbuka ini terlihat pada kebiasaan mau mendengarkan pendapat, argumentasi, kritik, dan keterangan orang lain, walaupun pada akhirnya pendapat, argumentasi, kritik, dan keterangan orang lain tersebut tidak diterima karena tidak sepaham atau tidak sesuai.
  • Sikap objektif. Sikap objektif ini terlihat pada kebiasaan menyatakan apa adanya, tanpa diikuti perasaan pribadi.
  • Sikap rela menghargai karya orang lain. Sikap menghargai karya orang lain ini terlihat pada kebiasaan menyebutkan sumber secara jelas sekiranya pernyataan atau pendapat yang disampaikan memang berasal dari pernyataan atau pendapat orang lain.
  • Sikap berani mempertahankan kebenaran. Sikap ini menampak pada ketegaran membela fakta dan hasil temuan lapangan atau pengembangan walapun bertentangan atau tidak sesuai dengan teori atau dalil yang ada.
  • Sikap menjangkau ke depan. Sikap ini dibuktikan dengan selalu ingin membuktikan hipotesis yang disusunnya demi pengembangan bidang ilmunya.

Sikap ilmiah ini juga harus ada pada diri Anda ketika menyusun buku ilmiah. Kebiasaan-kebiasaan yang bertentangan dengan sikap ilmiah harus Anda buang jauh-jauh, misalnya sikap menonjolkan diri dan tidak menghargai pendapat orang lain, sikap ragu dan mudah putus asa, sikap skeptis dan tak acuh terhadap masalah yang dihadapi.


Daftar Pustaka

Chandra, Widya, ”Metode Ilmiah (Scientific Method).” http://www.slideshare.net/widyacandra/metode-ilmiah-scientific-method (diakses tanggal 21 Maret 2014)


http://smksriwedarimalang.files.wordpress.com/


Muslich, Masnur. “Menulis Buku Ilmiah.” http://menulisbukuilmiah.blogspot.com/2008/10/karya-tulisilmiah-ciri-dan-sikap.html (diakses tanggal 21 Maret 2014)
Read more ...

Tugas 1: Bahasa Indonesia

20 Mar 2014
Teori-teori yang berhubungan dengan penalaran

Penalaran adalah proses berfikir yang sistematis dan logis untuk mengambil sebuah kesimpulan. Dalam sebuah penelitian, peneliti akan dihadapkan dengan berbagai opini yang membuatnya menyadari apa yang belum diketahuinya. Proses ini yang disebut dengan penalaran.

Dalam penalaran terdapat proposisi, yaitu dasar penyimpulan yang disebut dengan premis dan hasil kesimpulannya adalah konklusi. Sedangkan hubungan antara premis dan konklusi disebut konsekuensi.
Wujud evidensi merupakan fakta-fakta yang ada, semua informasi, dan otoritas yang digunakan untuk membuktikan suatu kebenaran yang ada dalam sebuah penelitian. 

Inferensi dan Implikasi

Inferensi adalah proses penarikan konklusi dari satu atau lebih proposisi. Sedangkan implikasi adalah akibat dari suatu proposisi dan konklusi.

Ada dua jenis penalaran, yaitu:
1.      Induktif
Penalaran induktif adalah cara berpikir dengan menarik kesimpulan umum dari pengamatan atas gejala-gejala yang bersifat khusus (Khusus-Umum).

Contohnya, pada pengamatan atas logam, besi, aluminium, tembaga, dan sebagainya yang sudah dipanaskan. Hasilnya yang akan terjadi adalah logam tersebut akan bertambah panjang. Hal ini secara umum sudah diketahui oleh setiap orang, maka pengamatan itu termasuk dalam penalaran induktif yang merupakan pengamatan dengan kesimpulan umum.

Dalam penalaran induktif terdapat tiga macam pengelompokkan kesimpulan, yaitu:
1.    Generalisasi, kesimpulan yang diambil dari sebuah penelitian harus terpercaya kebenarannya. Karena generalisasi dibuktikan dengan fakta.
2.    Analogi, kesimpulan yang didapat didasarkan pada persamaan diantara dua hal yang berbeda. Hal yang berbeda ini dimaksudkan memiliki kemiripan dalam suatu gelaja sehingga kedua hal tersebut bisa menghasilkan data yang berbeda.
3.    Sebab akibat, suatu peristiwa atau kejadian yang diteliti memiliki penyebab terjadinya peristiwa tersebut dan akibat yang akan ditanggung karena peristiwa yang bersangkutan.

2.      Deduktif
Deduktif adalah penalaran berdasarkan prinsip, hukum, teori atau putusan yang berlaku. Deduktif dibentuk dari suatu masalah yang bersifat umum dan lebih luas (Umum-Khusus).

Contohnya, "semua hewan punya mata" hal ini menunjukan bahwa pernyataan tersebut memiliki pola Umum-Khusus karena pernyataan tersebut menimbulkan proposisi yang berbeda. Semua hewan pasti memiliki mata, namun yang dimaksudkan adalah hewan apakah yang ada dalam pernyataan tersebut. Itu menunjukkan lebih khusus arti dari pernyataannya.

Daftar Pustaka :

elearning.gunadarma.ac.id

Francesc, Nicky. "Teori Penalaran." http://nickyshaarawy.blogspot.com/2013/03/teori- penalaran.html (diakses tanggal 20 Maret 2014)

Irniinai."implikasi." http://irnawatiindah.blogspot.com/2013/03/penalaran-evidensi-inferensi.html (diakses tanggal 20 Maret 2014)

Ituaqhu, Imam. "Penalaran dan Kesalahan Penalaran." http://www.slideshare.net/hanyaqhu1/penalaran-26250841 (diakses tanggal 20 Maret 2014)

Prasetiyo, Aan Jaka. "Penalaran Deduktif dan Induktif." http://aanvagelink.blogspot.com/2012/04/penalaran-induktif-dan-induktif.html (diakses tanggal 20 Maret 2014)

Read more ...