Pages

Tulisan 4 : Bahasa Indonesia

28 Apr 2014
Proposal Kegiatan

PENTAS SENI TAHUNAN BEM FE UNIVERSITAS GUNADARMA


A.    LATAR BELAKANG

Mahasiswa identik dengan pola daya fitur dan cipta yang sehari-hari dilakukan. Sebagai aktualisasi kreatifitas tersebut perlu adanya kombinasi belajar dengan diiringi semangat keterampilan yang dimiliki. Namun semangat saja tentu kurang cukup melainkan kepekaan rasa, kecerdasan intelektual dan pengalaman menjadi penentu. Maka, smahasiswa perlu diberikan laluan seperti ajang kreativitas, sebagai salah satu solusi dari sekian banyak kegiatan yang bermanfaat. Di samping itu juga untuk mempererat tali persaudaraan antar mahasiswa.
Oleh karena itu, BEM FE Universitas Gunadarma bermaksud menyelenggarakan Pentas Seni sebagai aksi kreatif yang dipersembahkan bagi mahasiswa dan mahasiswi Universitas Gunadarma. Dan diharapkan agar mahasiswa dapat berkarya dan lebih kreatif dalam menciptakan karya seni, dan diharapkan semua mahasiswa agar lebih antusias dalam pelaksanaan kegiatan tersebut.

B.     NAMA KEGIATAN

Rencana atau program kerja kreatif ini diberi nama “PENTAS SENI TAHUNAN BEM FE UNIVERSITAS GUNADARMA” yang merupakan usaha mewujudkan serta pengembangan kreatifitas dari masing-masing kelas, agar pribadi mahasiswa yang kreatif tidak hanya terpendam untuk diri sendiri.
C.    TUJUAN

1.      Membentuk rasa percaya diri dengan penuh keberanian.
2.      Mengajak mahasiswa untuk menciptakan semangat dan rajin belajar.
3.      Membawa mahasiswa ke dalam dunia kreatifitasnya khusunya dalam bidang seni.
4.      Menjadikan sebuah ajang silaturahmi diantara sesama mahasiswa.

D.    WAKTU DAN TEMPAT


Kegiatan PENSI ini dilaksanakan pada :

Hari/tanggal    : Sabtu, 3 Mei 2014
Waktu             : 07.00 s/d Selesai
Tempat           : Kampus J1 Universitas Gunadarma

E.     SUSUNAN ACARA

        08.00 Pembukaan.
        09.00 Sambutan.
        09.30 Acara pokok pensi.
        13.00 Istirahat.
        14.00 Hiburan.
        16.00 Penutupan.

F.     ANGGARAN

Pemasukan :
Mahasiswa perorang 15.000 x 300 = Rp.4.500.000
Pihak kampus                                        = Rp. 1.000.000
Jumlah                                                  = Rp. 5.500.000

Pengeluaran :
Sound + Alat Band                                  = Rp. 2.500.000
Panggung 6x4                                        = Rp. 800.000
Caraka4 x 50.000                                   = Rp. 200.000
Tenda                                                   = Rp. 200.000
Kursi300 x 1500                                    = Rp. 4.500.000
Keamanan4 x 50.000                              = Rp. 200.000
Konsumsi (Panitia + Bintang tamu)          = Rp. 700.000
Pubdekdok                                            = Rp. 400.000
Biaya tak terduga                                   = Rp. 50.000
Jumlah                                                 = Rp. 5.500.000

G.    PENUTUP

Demikianlah berbagai uraian dan sejumlah konsep yang kami himpun dari berbagai kalangan, sebagai pedoman penyelenggaraan Acara Pentas Seni Tahunan BEM FE Universitas Gunadarma. Semuanya membutuhkan berbagai uluran tangan sebagai realisasi dari kontribusi serta perhatian secara moril maupun material dari berbagai pihak. Kritik dan saran Anda sangat membantu.

Bekasi,    April 2014
Sekretaris Umum BEM FE Universitas Gunadarma


(Astried Herera)
Menyetujui PenanggungJawab Kegiatan
Ketua BEM FE Universitas Gunadarma


( Dede Saripah)

Read more ...

Tulisan 3 : Bahasa Indonesia

28 Apr 2014
Karangan Populer : Artikel Berita

Informasi dan Insiden Yang Terjadi di MotoGP Qatar 2014

MotoGP seri perdana telah diselenggarakan pada tanggal 23 Maret 2014 tepatnya di sirkuit Losail, Qatar pukul 02.00 WIB. Banyak insiden-insiden yang terjadi selama balapan berlangsung. Karena mungkin seri perdana adalah pembuka bagi para pembalap untuk kembali ke lintasan, maka kejadian yang tidak terduga pun terjadi pada beberapa pembalap.

  1. Jatuhnya Jorge Lorenzo di awal lap
Insiden yang pertama terjadi adalah jatuhnya pembalap andalan Yamaha, yaitu Jorge Lorenzo. Jorge terjatuh di awal lap saat balapan tengah berlangsung. Insiden ini mungkin yang terburuk bagi tim Yamaha, mengingat Jorge adalah pembalap utama yang diandalkan untuk bersaing dengan pembalap-pembalap terdepan lainnya.

  1. Meningkatnya performa Aleix Espargaro
Aleix mungkin bukan pembalap baru di kelas MotoGP. Namun performanya pada seri perdana lalu membuat para pembalap lain lebih mewaspadainya. Karena sejak seri latihan dimulai, Aleix mampu bersaing dengan pembalap lainnya bahkan mengalahkan pembalap pabrikan Yamaha, Valentino Rossi dengan meraih posisi ke-9 waktu tercepat saat kualifikasi.

  1. Kembalinya sang juara Marc Marquez
Juara dunia MotoGP tahun 2013 ini, Marc harus mengalami insiden buruk sebelum balapan perdana MotoGP digelar. Ia mengalami cedera patah tulang kaki saat sesi latihan pra-musim. Dengan cedera yang ia alami membuat Marc absent untuk latihan uji coba di Malaysia dan di Australia. Namun, hal ini tidak menghambat Marc untuk mengikuti seri perdana di Losail. Bahkan ia mampu meraih pole position pertamanya musim ini. Dan lebih baiknya lagi ia mampu melesat jauh dan bersaing dengan pembalap lain yang akhirnya menjadikan ia raja di Losail dengan finish di podium pertama.

  1. Valentino Rossi paling di favoritkan
Kharisma dari seorang Valentino Rossi mungkin belum bisa digantikan oleh pembalap lain. Karena meski tidak memiliki catatan waktu yang baik dan hasil kualifikasi yang buruk tidak membuat Valentino di hapus dari daftar pembalap yang akan masuk jadi pemenang. Meski mengawali start di posisi ke-10, Valentinno mampu memperbaiki jarak dan terus bersaing mendapatkan posisi terbaiknya. Ia mampu finish diurutan kedua.

  1. Marquez VS Rossi
Insiden ini mungkin adalah yang terbaik saat race berlangsung. Karena dengan persaingan yang sangat sengit membuat Marquez dan Rossi menjadi tontonan yang menarik. Mereka bersaing saling menyalip untuk meraih podium pertama. Meski berlangsung sengit namun mereka tampak tenang dan tidak menimbulkan insiden yang bisa mencelakainya. Pada lap-lap terakhir akhirnya Marquez mampu mempertahankan posisinya dari Rossi yang hanya terpaut 0.259 detik.

Oleh : Astried Herera
Read more ...

Tugas 4 : Bahasa Indonesia

22 Apr 2014
Teori Tentang Proposal

Pada dasarnya, proposal penelitian merupakan rencana penelitian yang akan dilaksanakan. Dengan demikian, proposal paling tidak memuat (1) lingkup masalah dan perumusan masalah; (2) aspek relevansi teori dengan permasalahan yang diketengahkan dalam penelitian; (3) metodologi penelitian; (4) instrumen penelitian; (5) teknik analisa data; dan (6) rencana kegiatan penelitian.

Dari Mana Ide Penelitian Diperoleh ??

a. Kehidupan Sehari-hari

Topik/ide penelitian sebenarnya banyak di sekitar kita. Jika mengambil dari kehidupan sehari-hari, sebagai mahasiswa maupun karyawan kita bisa melihat banyak fenomena yang terjadi di kampus maupun di kantor. Misalnya pada suatu kelas terdiri dari 20 mahasiswa. Untuk mata kuliah Metode Penelitian sebagian besar (lebih dari 50%) mahasiswa tidak lulus atau harus mengulang. Naah..ini masalah…. ketika masalah sudah ada, kita bisa melihat apa yang menyebabkannya. Ambil dari fenomena di lapangan dan kuatkan dengan teori yang berkembang, misalnya metode pengajaran dosen yang membosankan, kebisingan kelas, materi pelajarannya yang terlalu banyak dll. Dari masalah ini kita menentukan ide yaitu pengaruh metode pengajaran, sifat kepribadian dosen, bla.bla terhadap prestasi pelajaran mahasiswa.

b. Masalah Praktis

Ide juga bisa timbul dari masalah praktis. Misalnya, direktur perusahaan menerima laporan bahwa tingginya angka perputaran (turnover) pegawai, padahal gaji yang diberikan sudah di atas standar. Jadi disinilah letak masalahnya, ketika turnover tinggi maka paling tidak akan merugikan bagi perusahaan dalam dua hal, pertama, biaya yang dikeluarkan untuk proses rekrutmen sampai dengan pelatihan. Dan kedua, pegawai yang baru tentu saja harus beradaptasi dengan lingkungan kerja baru, sehingga tentu saja akan mempengaruhi suasana kerja.

Setelah itu, ide ini harus dikembangkan dengan melakukan kajian teori mengenai faktor-faktor penyebab turnover dan lakukan crosscek dengan fenomena di lapangan. Sehingga akan ditemukan ide yang lebih luas, misalnya gaji yang diberikan tinggi tapi tidak ada jalur karir, atasan yang terlalu otoriter, dll.

c. Hasil Penelitian sebelumnya dan teori yang berkembang

Ide juga bisa datang dari penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya. Misalnya hasil penelitian yang diungkap dalam sebuah jurnal menyatakan bahwa kecerdasan emosi mempengaruhi kesuksesan seseorang, namun ada juga penelitian yang menyatakan bahwa IQ lebih berpengaruh. Dari dua hasil penelitian ini menarik untuk dijadikan ide atau topik penelitian yang baru.

Yang perlu diperhatikan

Beberapa hal yang perlu mendapat perhatian sebelum memutuskan apakah topik yang akan dipilih diteliti atau tidak antara lain :

Pertama, mengenai keterbatasan waktu. Peneliti harus melihat apakah waktu yang ada cukup untuk meneliti suatu masalah. Waktu juga berpengaruh terhadap jenis penelitian yang akan dilakukan (jenis-jenis penelitian akan dijelaskan lebih lanjut). Jika untuk melakukan penelitian eskperimen mengenai pengaruh metode pengajaran terhadap prestasi siswa. Penelitian seperti ini tidak mungkin dilakukan dalam waktu yang singkat, mengingat metode pengajaran yang diberikan tidak mungkin hanya dilakukan pada satu sesi kemudian prestasi diukur. Paling tidak, agar efektif metode pengajaran dilakukan beberapa kali, dan prestasi siswa dapat dilihat pada akhir semester. Jika waktu yang tersedia memang terbatas, ada baiknya peneliti merubah topik atau merubah metode penelitian yang akan dilakukan.

Kedua, tingkat kesulitan. Peneliti perlu memperhatikan apakah topik yang akan dipilih apakah mudah atau sulit untuk dilakukan. Jika akan meneliti pengaruh motivasi terhadap kinerja, maka apakah peneliti dapat memberikan kuesioner untuk dijawab ? dapatkah motivasi diukur ? apakah ada pihak-pihak yang kurang mendukung ? dan berbagai kendala lainnya. Untuk meminimalisir hal-hal semacam ini, yang perlu dilakukan akan melakukan penelitian awal. Jika memang topik penelitian sulit dilakukan, maka sebaiknya peneliti mengganti dengan topik lain. Kesulitan lain juga datang dari diri sendiri, yaitu penguasaan materi. Untuk meneliti sebuah masalah, peneliti harus menguasai konsep dasar teorinya, sehingga peneliti tau benar apa yang sebenarnya dilakukannya.

Ketiga, ketersediaan subjek. Perlu dipertimbagkan apakah subjek penelitian dapat dengan mudah diperoleh. Misalnya seperti penelitian tentang motivasi dan kinerja di atas. Apakah subjeknya mudah didapatkan ? jika meneliti pada beberapa perusahaan, maka apakah ijin penelitian mudah didapatkan ? dan apakah pegawai yang akan diteliti mau dijadikan subjek penelitian ?. Jika subjek yang akan diteliti mudah untuk didapatkan maka topik penelitian dapat dilanjutkan.

Keempat, pengukuran dan ketersediaan peralatan. Misalnya untuk motivasi pada contoh di atas termasuk hal yang sulit untuk diukur mengingat faktor motivasi sendiri dipengaruhi oleh banyak faktor. Jika motivasi diukur berdasarkan perilaku yang tampak, maka indikator seperti tidak mudah menyerah, berdisiplin, dll dapat dijadikan acuan. Lalu siapa yang mengukur ? apakah subjek sendiri atau orang lain ?.

Dan terakhir adalah etika. Etika penelitian merupakan sekumpulan aturan mengenai apa saja yang harus diperhatikan dalam melakukan penelitian. Tidak membahayakan dan berpengaruh negatif terhadap subjek penelitian adalah salah satu etika penelitian yang harus dijaga. Misalnya penelitian tentang kepemimpinan di sebuah kantor. Data penelitian dikumpulkan dari angket, maka sedapat mungkin peneliti harus merahasiakan profil responden karena memuat pendapatnya tentang pimpinan.

SISTEMATIKA PROPOSAL

Umumnya, proposal penelitian memuat hal-hal sebagai berikut :
BAB I Pendahuluan
1.1. Latar Belakang Masalah
1.2. Identifikasi Masalah dan Batasan masalah
1.3. Rumusan Masalah
1.4. Tujuan Penelitian
1.5. Kegunaan Penelitian

Bab II Landasan teori (Kajian Pustaka)
2.1. Teori variabel (dependen , independen)
2.2. Penelitian relevan
2.3. Kerangka Berpikir
2.4. Hipotesis yang diajukan

Bab III Metodologi
3.1. Metode Penelitian (jenis penelitian)
3.2. Waktu dan tempat
3.3. Populasi dan sampel
3.4. Teknik Pengumpulan Data
  •   Jenis dan sumber data
  •   Instrumen
  •   Definisi Operasional (kisi-kisi)

3.5. Teknik Analisis data

3.6. Jadwal Penelitian

Daftar Pustaka

Hendry. “Menyusun Proposal Penelitian”. http://teorionline.wordpress.com/2010/01/23/menyusun-proposal-penelitian/ (diakses tanggal 22 April 2014)
Read more ...

Tugas 3 : Bahasa Indonesia

21 Apr 2014
Teori-Teori Perbedaan Karya Tulis Ilmiah dengan Karya Tulis Semi Ilmiah

1.      Karya Ilmiah
Merupakan suatu karangan yang berdasarkan penelitian yang ditulis secara sistematis, berdasarkan fakta di lapangan serta dengan menggunakan pendekatan metode ilmiah. Namun ada beberapa pendapat yang menjelaskan definisi karya ilmiah diantaranya :

a.                  Menurut Brotowidjoyo karangan ilmiah adalah karangan ilmu pengetahuan yang menyajikan fakta dan ditulis menurut metodologi penulisan yang baik dan benar. Karya ilmiah dapat juga berarti tulisan yang didasari oleh hasil pengamatan, peninjauan, penelitian dalam bidang tertentu, disusun menurut metode tertentu dengan sistematika penulisan yang bersantun bahasa dan isinya dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya/keilmiahannya (Susilo, M. Eko, 1995:11).
b.                    Karya tulis ilmiah adalah suatu tulisan yang membahas suatu permasalahan. Pembahasan itu dilakukan berdasarkan penyelidikan, pengamatan, pengumpulan data yang diperoleh melalui suatu penelitian. Karya tulis ilmiah melalui penelitian ini menggunakan metode ilmiah yang sistematis untuk memperoleh jawaban secara ilmiah terhadap permasalahan yang diteliti. Untuk memperjelas jawaban ilmiah berdasarkan penelitian, penulisan karya tulis ilmiah hanya dapat dilakukan sesudah timbul suatu masalah, yang kemudian dibahas melalui penelitian dan kesimpulan dari penelitian tersebut.
c.                    Karya ilmiah adalah tulisan yang berisi argumentasi penalaran keilmuan yang dikomunikasikan lewat bahasa tulis yang formal dengan sistematis-metodis dan menyajikan fakta umum serta ditulis menurut metodologi penulisan yang benar. Karya ilmiah ditulis dengan bahasa yang konkret, gaya bahasanya formal, kata-katanya teknis dan dan didukung fakta yang dapat dibuktikan kebenarannya
d.                    Karya ilmiah merupakan karya tulis yang isinya berusaha memaparkan suatu pembahasan secara ilmiah yang dilakukan oleh seorang penulis atau peneliti. Untuk memberitahukan sesuatu hal secara logis dan sistematis kepada para pembaca.

Tidak semua karya yang ditulis secara sistematis dan berdasarkan fakta di lapangan adalah sebuah karya ilmiah sebab karya ilmiah mempunyai ciri-ciri seperti berikut ini:
·        Objektif : Keobjektifan ini menampak pada setiap fakta dan data yang diungkapkan berdasarkan kenyataan yang sebenarnya, tidak dimanipulasi. Juga setiap pernyataan atau simpulan yang disampaikan berdasarkan bukti-bukti yang bisa dipertanggungjawabkan. Dengan demikian, siapa pun dapat mengecek (memverifikasi) kebenaran dan keabsahannya.

·        Netral : Kenetralan ini bisa terlihat pada setiap pernyataan atau penilaian bebas dari kepentingan-kepentingan tertentu baik kepentingan pribadi maupun kelompok. Oleh karena itu, pernyataan-pernyataan yang bersifat mengajak, membujuk, atau mempengaruhi pembaca perlu dihindarkan.

·        Sistematis : Uraian yang terdapat pada karya ilmiah dikatakan sistematis apabila mengikuti pola pengembangan tertentu, misalnya pola urutan, klasifikasi, kausalitas, dan sebagainya. Dengan cara demikian, pembaca akan bisa mengikutinya dengan mudah alur uraiannya.

·        Logis : Kelogisan ini bisa dilihat dari pola nalar yang digunakannya, pola nalar induktif atau deduktif. Kalau bermaksud menyimpulkan suatu fakta atau data digunakan pola induktif; sebaliknya, kalau bermaksud membuktikan suatu teori atau hipotesis digunakan pola deduktif.

·        Menyajikan Fakta : Setiap pernyataan, uraian, atau simpulan dalam karya ilmiah harus faktual, yaitu menyajikan fakta. Oleh karena itu, pernyataan atau ungkapan yang emosional (menggebu-gebu seperti orang berkampanye, perasaan sedih seperti orang berkabung, perasaan senang seperti orang mendapatkan hadiah, dan perasaan marah seperti orang bertengkar) hendaknya dihindarkan.

·        Tidak Pleonastis : Maksudnya kata-kata yang digunakan tidak berlebihan alias hemat kata-katanya atau tidak berbelit-belit (langsung tepat menuju sasaran).

·        Bahasa Menggunakan Ragam Formal : Gaya bahasa yang digunakan dalam penelitian berupa bahasa ragam formal yang sesuai dengan ejaan yang disempurnakan.

Selain ciri – cirinya, karya ilmiah juga memiliki syarat – syarat yang harus dipenuhi agar sebuah karangan dapat dikatakan sebagai karangan ilmiah atau karya ilmiah, berikut adalah syarat – syarat karya ilmiah :
  • Karya tulis ilmiah memuat gagasan ilmiah lewat pikiran dan alur pikiran.
  • Keindahan karya tulis ilmiah terletak pada bangun pikir dengan unsur-unsur yang menyangganya.
  • Alur pikir dituangkan dalam sistematika dan notasi.
  • Karya tulis ilmiah terdiri dari unsur-unsur: kata, angka, tabel, dan gambar, yang tersusun mendukung alur pikir yang teratur.
  • Karya tulis ilmiah harus mampu mengekspresikan asas-asas yang terkandungdalam hakikat ilmu dengan mengindahkan kaidah-kaidah kebahasaan.
  • Karya tulis ilmiah terdiri dari serangkaian narasi (penceritaan), eksposisi (paparan), deskripsi (lukisan) dan argumentasi (alasan).

2.      Karya Ilmiah Populer (semi ilmiah)
Karya ilmiah popular atau sering disebut karya tulis semi ilmiah merupakan sebuah penulisan yang menyajikan fakta dan fiksi dalam satu tulisan yang ditulis dengan bahasa konkret dan formal, kata-katanya teknis dan didukung dengan fakta umum yang dapat dibuktikan kebenarannya. Karya tulis ini juga merupakan sebuah penulisan yang menyajikan fakta dan fiksi dalam satu tulisan dan penulisannya tidak semiformal tetapi tidak sepenuhnya mengikuti metode ilmiah yang sintesis-analitis karena sering dimasukkan dalam karya tulis ini. Karya tulis semi ilmiah tidak selalu merupakan hasil penelitian ilmiah, biasanya hal seperti ini sering digunakan dalam komik, anekdot, dongeng, hikayat, novel, roman dan cerpen.

Tulisan dalam karya ilmiah populer dapat berupa petunjuk teknis, pengalaman dan pengamatan biasa yang diuraikan dengan metode ilmiah. Persyaratan yang berlaku pada karya lmiah populer sama dengan karya ilmiah. Namun, dalam karya ilmiah populer terdapat persoalan lain, seperti kritik terhadap pemerintah, analisis terhadap suatu peristiwa yang sedang populer di tengah masyarakat, jalan keluar bagi persoalan yang sedang dihadapi masyarakat, atau sekedar informasi baru yang ingin disampaikan kepada masyarakat.
Perbedaan antara karya ilmiah dengan karya ilmiah populer lainya terdapat pada struktur penulisan kedua jenis karya ini. Jika karya ilmiah memiliki struktur yang baku, karya ilmiah populer tidak sebaku itu. Hal itu karena karya ilmiah populer biasanya disajikan melalui media surat kabar dan majalah sehingga format penyajiannya mengikuti format yang berlaku dalam laras jurnalistik.

a.                  Karakteristik Karya Ilmiah Populer

  1. Opini tentang suatu masalah atau peristiwa disertai fakta empiris dan teori pendukung.
  2. Sarana komunikasi antara ilmuwan dan masyarakat (orang awam).
  3. Gaya bahasa populer atau bahasa media (bahasa jurnalistik) yaitu sederhana, mudah dipahamii orang awam, singkat, dan efektif.
  4. Menerjemahkan bahasa iptek yang sulit ke dalam bahasa yang mudah dimengerti secara umum.
  5. Mudah dicerna karena berkaitan erat dengan kejadian sehari-hari.
  6. Memperkenalkan ilmu atau temuan baru serta mengaitkan dengan kebutuhan masyarakat.

b.            Perbedaan Karya Ilmiah dengan Karya Semi Ilmiah


“Kecermatan dalam berbahasa mencerminkan ketelitian dalam berpikir” adalah slogan yang harus dipahami dan diterapkan oleh seorang penulis. Melalui kecermatan bahasa gagasan atau ide-ide kita akan tersampaikan. Oleh karena itu, penguasaan bahasa amat diperlukan ketika Anda menulis. Bahasa dalam karangan ilmiah menggunakan ragam bahasa Indonesia resmi. Ciri-ciri ragam resmi yaitu menerapkan kesantunan ejaan (EYD/Ejaan Yang Disempurnakan), kesantunan diksi, kesantunan kalimat, kesantunan paragraf, menggunakan kata ganti pertama “penulis”, bukan saya, aku, kami atau kita, memakai kata baku atau istilah ilmiah, bukan popular, menggunakan makna denotasi, bukan konotasi, menghindarkan pemakaian unsur bahasa kedaerahan, dan mengikuti konvensi penulisan karangan ilmiah. Terdapat tiga bagian dalam konvensi penulisan karangan ilmiah, yaitu bagian awal karangan (preliminaries), bagian isi (main body), dan bagian akhir karangan (reference matter). Berbeda dengan karangan ilmiah, bahasa dalam karangan semi ilmiah / ilmiah popular dan non ilmiah melonggarkan aturan, seperti menggunakan kata-kata yang bermakna konotasi dan figuratif, menggunakan istilah-istilah yang umum atau popular yang dipahami oleh semua kalangan, dan menggunakan kalimat yang kurang efektif seperti pada karya sastra.

Contoh Karya Tulis Ilmiah

Pasal Bermata Dua

Sering kali warga masyarakat menyelesaikan kasus dugaan penyantetan dengan melakukan sumpah pocong. Soalnya, polisi tidak bisa menanganinya karena dalam kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) memang tidak diatur. Yang ada baru sebatas rancangan. Dalam Pasal 255 Rancangan Undang-undang tenatng KUHP dinyatakan, “Setiap orang yang menyatakan dirinya mempunyai kekuatan magis, memberitahukan, menimbulkan harapan, menawarkan, atau memberikan bantuan jasa kepada orang lain bahwa karena perbuatannya dapat menimbulkan kematian, penderiataan mental atau fisik seseorang dipidana penjara paling lama lima tahun”.

Antropolog dari Universitas Negeri Jember, Kusnadi, mengakui sumpah pocong efektif menangani kasus santen di tlatah Jember dan sekitarnya. Ini merupakan suatu mekanisme cultural masyarakat dalam bentuk pembuktian terbalik. Katanya, “Cara ini bisa diterima dan diyakini memiliki kebenaran dan nilai keadilan karena dipimpin oleh seorang tokoh yang alim dan langsung bersumpah di hadapan public dan Tuhan”.

Selama ini memang belum ada dukun santet yang bisa diseret ke pengadilan. Orang yang dituduh sebagai penyantet selalu diadili langsung oleh massa dengan cara keji, seperti yang terjadi di Banyuwangi pada tahun 1998 silam. Saat itu tak kurang dari 170 orang yang dituduh sebagai dukun santet mati dibantai oleh warga. Peristiwa serupa juga meletup di Ciamis, Jawa Barat, pada tahun 1999, dengan jumlah korban yang lebih besar, sekitar 200 orang tewas dihakimi warga.

Kusnadi kurang setuju soal santet dimasukkan dalam KUHP karena akan tetap sulit pembuktiannya. Ini juga bisa menjadi pisau bermata dua. Mungkin pasal ini bisa mengurangi praktik santet, tetapi juga bisa dimanfaatkan oleh orang untuk mencelakakan atau menjebak orang lain lewat tuduhan palsu.

Hakim Agung, Benjamin Mangkoedilaga memperkirakan, pasal ini tidak akan efektif. Persoalannya, orang yang melakukan praktik itu dan menyewanya dipastikan tidak akan mengaku. Selan itu, “Bagaimana orang bisa yakin bahwa perbuatan santet itu yang menyebabkan kematian seseorang? Bisa saja karena sebab lain”. Ia menyarankan agar hal yang sulit diukur dan diselidiki sebab-akibatnya seperti santet tidak perlu diatur dalm KUHP.

Sumber : Tempo, Edisi 29 September-5 Oktober 2003, hal 126-127

Contoh Karya Tulis Semi Ilmiah

Ada Apa Dengan Sakit ?

Rata-rata orang yang gila kerja tidak merasa sakit kendati sedang sakit. Sebaliknya, orang yang hypochondriac selalu merasa sakit kendati sehat. Baron von Munhausen tercatat mahir melakukan peran secara meyakinkan sehingga dokter bedahnya berhasil dikelabui. Pasien begini merasa puas setiap kali dokternya kecele tidak menemukan penyakitnya.

Dalam keseharian pun kita melihat tidak semua yang datang ke dokter pasti sedang sakit. Wanita yang masuk kamar praktik dokter dengan dandanan menor, misalnya, hampir pasti tidak sedang sakit. Setidaknya tak ada yang tidak beres dengan badannya. Boleh jadi cuma lagi rindu pada dokternya.

Mungkin untuk urusan mengantar nenek pulang kampong, atau mertua kawin lagi, boleh jadi orang yang sebetulnya sehat minta dokter memberi label sakit. Besarnya otoritas dokter melabel sehat atau sakit, menjadi ruang bagi orang yang sebetulnya bukan pasien, dan tentu buat dokternya juga, bisa leluasa bersandiwara. Sebab suka atau tidak, setuju atau tidak setuju, sertifikat dokter legal di pengadilan hukum. Termasuk sertifikat yang dokter berikan kepada orang yang berpura-pura sakit.

Tarulah dokternya jujur. Orang ragu mengeluh ada rasa tidak enak di badan. Akan tetapi, keluhan tidak enak subjektif milik pasien. Andai keluhan Cuma dusta pun, dokter tidak bisa apa-apa. Sahih tidaknya keluhan sakit yang mengaku pasien belum tentu bisa dokter buktikan. Apalagi jika dokter tidak jujur.

Menjadi pelik jika orang yang mengaku pasien, misalnya menolak diajak dokternya, tidak mau bangkit dari kursi roda, mengaku tak mampu menjawab tes yang dokter berikan atau pengakuan dusta lainnya. Kondisi orang yang sebetulnya bukan pasien seperti itu berisiko menyesatkan dokter dalam menetapkan status medis. Itu sebab keluhan sakit yang dipercaya dokter bisa dijadikan tempat berlindung dan ruang sandiwara bagi pihak yang sebetulnya bukan pasien untuk berpura-pura sakit.

Daftar Pustaka

Firdaus, Mikail. "Perbedaan Karya Ilmiah, Karya Populer, dan Karya Non-Ilmiah". http://mikailfirdaus.blogspot.com/2013/03/perbedaan-karya-ilmiah-karya-populer_15.html (diakses tanggal 21 April 2014)

Alfaini, Husnia. “Perbedaan Karangan Ilmiah, Semi Ilmiah, dan Non-Ilmiah”. http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2011/03/perbedaan-karangan-karya-ilmiah-semi-ilmiah-dan-non-ilmiah/ (diakses tanggal 21 April 2014)




Read more ...