Pages

BAB 9. Komunikasi

26 Nov 2013
Definisi Komunikasi dan Pentingnya Komunikasi

Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi (pesan, ide, gagasan) dari satu pihak kepada pihak lain. Pada umumnya, komunikasi dilakukan secara lisan atau verbal yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak. apabila tidak ada bahasa verbal yang dapat dimengerti oleh keduanya, komunikasi masih dapat dilakukan dengan menggunakan gerak-gerik badan, menunjukkan sikap tertentu, misalnya tersenyum, menggelengkan kepala, mengangkat bahu. Cara seperti ini disebut komunikasi nonverbal.

Dalam pada itu, komunikasi berperan sangat penting dalam kehidupan manusia. Tanpa komunikasi, tujuan atau sasaran yang telah direncanakan tidak akan tercapai. Seseorang dengan keahlian komunikasi yang baik dapat memudahkan mereka untuk bernegosiasi dengan orang-orang tertentu yang dianggap sulit untuk diajak berbicara. Keahlian komunikasi ini wajib dimiliki oleh seseorang yang setiap hari bergelut dengan masyarakat banyak, seperti contohnya seorang marketing, customer service, guru dan ataupun pemimpin sebuah perusahaan. Khususnya, bagi seorang pengajar, peran komunikasi sangat vital dalam proses belajar mengajar. Manakala seorang pengajar tidak memiliki keahlian dalam komunikasi, maka mahasiswa tidak akan dapat menangkap inti dari materi yang disampaikan tersebut, sehingga mereka tidak memahami materi suatu pelajaran. Sebaliknya, manakala pengajar tersebut memiliki komunikasi baik, maka mahasiswa dapat menerima pelajaran dengan baik.

Proses komunikasi

Secara ringkas, proses berlangsungnya komunikasi bisa digambarkan seperti berikut:
1. Komunikator (sender) yang mempunyai maksud berkomunikasi dengan orang lain mengirimkan suatu pesan kepada orang yang dimaksud. Pesan yang disampaikan itu bisa berupa informasi dalam bentuk bahasa ataupun lewat simbol-simbol yang bisa dimengerti kedua pihak.

2. Pesan (message) itu disampaikan atau dibawa melalui suatu media atau saluran baik secara langsung maupun tidak langsung. Contohnya berbicara langsung melalui telepon, surat, e-mail, atau media lainnya.

3. Media (channel) alat yang menjadi penyampai pesan dari komunikator ke komunikan.

4. Komunikan (receiver) menerima pesan yang disampaikan dan menerjemahkan isi pesan yang diterimanya ke dalam bahasa yang dimengerti oleh komunikan itu sendiri.

5. Komunikan (receiver) memberikan umpan balik (feedback) atau tanggapan atas pesan yang dikirimkan kepadanya, apakah dia mengerti atau memahami pesan yang dimaksud oleh si pengirim.

Komunikasi Persuasif

Komunikasi persuasif adalah komunikasi yang bertujuan untuk mengubah atau memengaruhi kepercayaan, sikap, dan perilaku seseorang sehingga bertindak sesuai dengan apa yang diharapkan oleh komunikator

Pada umumnya sikap-sikap individu/ kelompok yang hendak dipengaruhi ini terdiri dari tiga komponen:
Kognitif - perilaku dimana individu mencapai tingkat "tahu" pada objek yang diperkenalkan.
Afektif - perilaku dimana individu mempunyai kecenderungan untuk suka atau tidak suka pada objek.
Konatif - perilaku yang sudah sampai tahap hingga individu melakukan sesuatu (perbuatan) terhadap objek.

Kepercayaan/ pengetahuan seseorang tentang sesuatu dipercaya dapat memengaruhi sikap mereka dan pada akhirnya memengaruhi perilaku dan tindakan mereka terhadap sesuatu. mengubah pengetahuan seseorang akan sesuatu dipercaya dapat mengubah perilaku mereka. Walaupun ada kaitan antara kognitif, afektif, dan konatif - keterkaitan ini tidak selalu berlaku lurus atau langsung.

Komunikasi Pemasaran
Komunikasi pemasaran (marketing communication) adalah sarana di mana perusahaan berusaha menginformasikan, membujuk, dan mengingatkan konsumen secara langsung maupun tidak langsung tentang produk dan merek yang dijual. Komunikasi pemasaran mempresentasikan "suara" perusahaan dan mereknya serta merupakan sarana dimana perusahaan dapat membuat dialog dan membangun hubungan dengan konsumen.

Komunikasi pemasaran bagi konsumen, dapat memberitahu atau memperlihatkan kepada konsumen tentang bagaimana dan mengapa suatu produk digunakan, oleh orang macam apa, serta di mana dan kapan. Komunikasi pemasaran berkontribusi pada ekuitas merek dengan menanamkan merek dalam ingatan dan menciptakan citra merek serta mendorong penjualan dan bahkan mempengaruhi nilai pemegang saham.

Alat-alat dalam Promosi Penjualan
Karakteristik alat promosi berbagai adalah sebagai berikut:

1. Iklan
Iklan adalah mode publik komunikasi. Karena dikomunikasikan secara bersamaan untuk sejumlah besar orang dan orang tahu bahwa komunikasi yang sama akan banyak orang, mereka merasa motif mereka untuk membeli dipahami oleh pengiklan.

Pesan iklan dapat diulang beberapa kali. Pembeli juga dapat membandingkan iklan dari berbagai perusahaan menjual produk yang sama. Media menawarkan fasilitas untuk menambah warna, dll suara ke pesan dan mendramatisir pesan. Tapi iklan tidak dapat berdialog dengan rakyat. Orang mungkin tidak melihat dan memperhatikan iklan.

Iklan merupakan cara yang efisien untuk mencapai pembeli potensial secara geografis dengan biaya rendah per eksposur.

Iklan memiliki dua varian terakhir. Advertorial yang menawarkan isi editorial dan sementara itu dibayar oleh pengiklan dan akan sulit bagi pembaca untuk dengan mudah melihat bahwa itu adalah iklan. Demikian pula infomersial TV adalah program yang dimaksudkan untuk mempromosikan produk perusahaan. Mereka membahas kerja produk, manfaat produk, dan lain-lain pengalaman pengguna dan mereka mungkin balok pesan untuk membeli produk dan alamat untuk dihubungi.

2. Promosi penjualan
Promosi penjualan alat-alat seperti kupon, kontes, premi, dan bertindak seperti sebagai media komunikasi dan juga mempromosikan penjualan.

Mereka mendapatkan perhatian dan memberikan informasi yang dapat menyebabkan konsumen untuk produk. Mereka termasuk undangan yang berbeda kepada konsumen untuk melakukan transaksi dalam waktu singkat.

3. Hubungan masyarakat dan publisitas
Artikel berita dan artikel fitur lebih otentik dan kredibel dari iklan untuk pembaca. Artikel-artikel bertindak sebagai testimonial. Pesan tersebut akan sampai ke pembeli potensial sebagai berita dan mereka tidak mungkin berpaling darinya karena mereka berpaling dari iklan.

4. Personal selling
Personal selling sebagai saluran komunikatif melibatkan hubungan hidup, langsung, dan interaktif antara orang. Personal selling menyebabkan hubungan. Pendengar merasa berkewajiban untuk menanggapi salesman setidaknya dengan sopan "terima kasih."

5. Pemasaran Langsung
Alternatif adalah surat langsung, Email, dan telemarketing. Dalam kasus ini pesan ditujukan kepada orang tertentu. Pesan tersebut dapat disesuaikan. Meskipun mailing folder dan email biasanya standar untuk mendapatkan efisiensi. Pesan bisa up to date. Dalam kasus telemarketing, pesan dapat diubah tergantung pada respon. Dalam kasus alternatif lain komunikasi selanjutnya dapat diubah tergantung pada respon.

              - http://id.wikipedia.org
Read more ...

BAB 8. Sikap Konsumen

21 Nov 2013
Definisi Sikap Konsumen

Sikap menurut Allport adalah suatu predisposisi yang dipelajari untuk merespon terhadap suatu obyek dalam bentuk rasa suka atau tidak suka.

Di dalam konteks pemasaran, sikap konsumen harus terkait dengan objek, objek tersebut bisa terkait dengan berbagai konsep konsumsi dan pemasaran seperti produk, merek, iklan, harga, kemasan, penggunaan, media dan sebagainya.

Sikap adalah gambaran perasaan dari seorang konsumen, dan perasaan tersebut akan direfleksikan oleh perilakunya. Karena itu sikap memiliki konsistensi dengan perilaku. Tetapi, walaupun mempunyai konsistensi, sikap tidak selalu harus permanen artinya sikap dapat berubah. Sikap bisa positif, negatif, dan netral.

Fungsi Sikap

Daniel Katz membagi fungsi sikap dalam empat kategori sebagai berikut :

1. Fungsi Utilitarian

Melalui instrument suka dan tidak suka, sikap positif atau kepuasan dan menolak produk yang memberikan hasil positif atau kepuasan. Jadi, jika seseorang membutuhkan zat penghilang noda pada baju, lalu dia mendapatkan produk dengan merek C, dan setelah di konsumsikan ternyata zat dengan merek C itu dapat benar – benar menghilangkan noda, maka dia akan membentuk sikap positif terhadap merk C tersebut.

2. FungsiEgo Defensive

Orang cenderung mengembangkan sikap tertentu untuk melindungi egonya dari abrasi psikologis. Abrasi psikologis bisa timbul dari lingkungan yang kecanduan kerja. Untuk melarikan diri dari lingkungan yang tidak menyenangkan ini, orang tersebut mebuat rasionalisasi (dengan demikian menghindar dari anxiety dan citra yang negative) dengan mengembangkan sikap positif terhadap gaya hidup yang santai.

3. Fungsi value expensive

( Mengekpresikan nilai – nilai yang di anut ) fungsi itu memungkinkan konsumen untuk mengekpresikan secara jelas citra dirinya dan juga nilai – nilai inti yang di anutnya. Misalnya : Mobil BMW mendukung mengekspresikan dirinya sebagai eksekutif yang sukses.

4. Fungsi Knowledge –organization

Karena terbatasnya kapasitas otak manusia dalam memproses informasi, maka orang cenderung untuk bergantung pada pengetahuan yang di dapat dari pengalaman dan informasi dari lingkungan.

5. Attitude Toward Object Model

Menggambarkan sikap terhadap object. Jadi bisa saja seseorang mengatakan dia suka coca-cola, yang berarti dia memiliki sikap positif terhadap coca-cola.

6. Attitude Toward Behaviour Model

Menggambarkan sikap terhadap prilaku, misalnya orang yang akan mebeli pesawat televise yakni bahawa jika dia membeli pesawat televisi , keluarganya akan lebih bahagia.

7. Theory of Reasoned Action Model

Model yang menguraikan teori tindakan yang nalar. Maksud prilaku di dasari oleh gabungan dari attitude toward behavior, keyakinan social dan normative tentang apakah perilaku pantas atau tidak pantas, dan motivasi untuk berprilaku sesuai dengan keyakinan normatif.

Tiga Komponen Sikap

tiga komponen sikap yaitu :
1. Komponen Kognitif
Komponen kognitif berkenaan dengan hal-hal yang diketahui individu atau pengalaman individu baik yang sifatnya langsung atau tidak langsung dengan obyek sikap.

2. Komponen Afektif
Komponen afektif berkenaan dengan perasaan dan emosi konsumen mengenai obyek sikap, bisa beragam ekspresinya mulai sangat tidak suka sampai sangat suka.

3. Komponen Konatif
Komponen konatif berkenaan dengan predisposisi atau kecenderungan individu untuk melakukan suatu tindakan dengan obyek sikap, jadi komponen konatif ini baru sebatas keinginan belum tindakan nyata.


Peran Sikap dalam Pengembangan Strategi Pemasaran

Sikap konsumen terhadap suatu produk dapat bervariasi bergantung pada orientasinya. Berkenaan dengan sikap konsumen ini, para pemasar dapat mengidentifikasi segmen konsumen berdasarkan manfaat produk yang diinginkan konsumen. Segmentasi manfaat produk bagi konsumen merupakan hal yang sangat mendasar untuk membidik konsumen, karena manfaat yang diinginkan akan mempengaruhi sikap dan prilaku mereka terhadap merek. Dengan demikian akan menentukan keputusan konsumen terhadap produk tersebut.

Pemahaman sikap konsumen merupakan hal yang sangat krusial terutama dalam pengembangan strategi pemasaran. Pengembangan produk dapat dilakukan dengan terlebih dahulu melakukan penelitian untuk mengetahui sikap konsumen. Penelitian untuk mengukur sikap konsumen dapat dilakukan dengan cara menyebarkan kuesioner kepada kelompok konsumen sasaran yang sebelumnya telah diidentifikasi. Kelompok konsumen itu bisa didasarkan pada demografi, kelas sosial, dan gaya hidup. Terhadap segmen sasaran itu sejumlah pertanyaan mengenai produk yang akan dikembangkan diajukan. Dengan mendasarkan pada sikap dan penilaian segmen konsumen itulah pengembangan produk dilakukan.

Sikap konsumen merupakan hal yang sangat penting dalam pengembangan strategi promosi atau strategi pemasaran. Misalnya, jika sikap konsumen dari segmen pasar tertentu yang telah diidentifikasi menginginkan produk yang mudah dibawa dan mampu menyelesaikan segala persoalan untuk produk komputer laptop, maka srategi promosinya harus menekankan pada penggambaran mobilitas dan penyelesaian persoalan dengan cepat. Demikian juga untuk segmen pasar yang lain, pengembangan produk harus menyesuaikan sikap konsumen agar tujuan promosi atau pemasaran dapat tercapai.

Hubungan antara Sikap dan Perilaku

Mengenai hubungan antara sikap dan tingkah laku, ada 4 teori:

1. Reason action model theory (Ajzen dan Fishben, 1980 & 1991). Menurut teori ini, tingkah laku individu dapat diramalkan dari tujuan tingkah laku yang terbentuk dari: attidute towards the behavior (sejauh mana indiovidu menilai positif atau negative dari konsekuensi tingkah laku tertentu) dan norma subyektif sejauh mana ia percaya bahwa significant others menyetujui atau menolak tingkah laku tersebut. Contoh: saya akan melakukan tingkah laku tertentu kalau tingkah laku tersebut berdampak positif pada saya dan orang lain menyukai/menyetujui tingkah laku saya tersebut.

2. Planned behavior theory, hampir sama dengan Reason action model theory hanya saja menambahkan 1 elemen lain yaitu: persepsi akan kemampuan untuk melakukan hal tersebut. Intense akan menentukan tingkah laku ditampilkan atau tidak.

3. Attitude to behavior process model (Fazio, 1994), beberapa kejadian dapat mengaktifkan pengetahuan tentang norma social dan sikap sehingga keduanya akan membentuk definisi kita tentang situasi (persepsi) yang akan menentukan tingkah laku yang ditampilkan. Contoh: ketika melihat kecelakaan lalu lintas di jalan, norma social Susi mengenai tolong-menolong (yang diajarkan sejak kecil) mendorong Susi untuk menolong korban kecelakaan itu.

4. Balance Theory dan Cognitive Dissonance Theory (Festinger), menurut teori ini tingkah laku dapat mempengaruhi sikap dan sebaliknya sikap dapat mempengaruhi tingkah laku. Perubahan dapat terjadi bila tidak ada konsistensi antara sikap dan tingkah laku. Dalam teori ini, kita sering menyadari ada hal-hal yang tidak sejalan dengan diri kita yang membuat diri kita tidak nyaman (dissonance) untuk itu kita berusaha membuatnya balance lagi melalui dua pilihan: mengubah sikap atau mengubah perilaku. Bila ada situasi yang menekan atau menuntut keseragaman, tingkah laku akan merubah sikap dan bila ada situasi yang tidak menekan, sikap akan merubah tingkah laku. Contoh sikap merubah tingkah laku: Susi mencintai Boby dan mau berpacaran dengannya, tapi karena mengetahui bahwa Boby itu perokok dan Susi tidak menyukai rokok maka Susi tidak jadi berpacaran dengan Boby. Contoh tingkah laku mempengaruhi sikap: Istri yang tidak suka bola, tapi karena sering menemani suami menonnton bola, si istri tersebut jadi suka bola.


Memprediksi Perilaku dengan Sikap

Terdapat enam faktor yang mempengaruhi kemampuan sikap dalam memprediksi perilaku, antara lain:
-Tingkat Keterlibatan Konsumen
-Pengukuran sikap
-Pengaruh orang lain
-Faktor situasional
-Pengaruh merek lain
-Kekuatan sikap


Model Perubahan Kepercayaan, Sikap, dan Perilaku

Sejumlah Kondisi yang perlu di perhatikan Sehubungan dengan usaha mengubah sikap SBB:
1.Kepercayaan lebih mudah diuabah daripada mengubah manfaat yang diinginkan.hal ini caranya merubah citra merek melaluai kampanye Iklan.

2.Kepercayaan terhadapa merek lebih mudah diubah daripada sikap merek.Kognisi lebih mudah di rubah daripada afeksi.

3.Sikap lebih mudah di ubah ketika Produk adalah Low involvement.

4.Sikap yang lemah lebih mudah di banding sikap yang kuat.

5.Sikap yang dipegang oleh konsumen dengan kurang yakin dalam proses evaluasi merek akan lebih mudah di rubah.

6.Sikap dapat mudah dirubah jika terdapat Konflik antara yang satu dengan yang lainnya seperti Konflik kepentingan.

Setelah mempelajari hal diatas maka selanjutnya pemasar harus dapat mengetahui model perubahan kepercayaan,sikap dan perilaku,dimana dalam model ini Proses perubahan di mulai dengan pesan /komunikasi dengan maksdu membujuk.Pemprosesan informasi pesan kemudian terjadi.Pada titik ini ,Proses perubahan tgerjadi melalui jalur yang berbeda yaitu ; 1. Jalur pengambilan keputusan(dapat di pelajari denagn a.Proses Perubaha Sikap Berdasarkan Elaboration Likelihood Model,b.Model Multiatributdan c Model Reasoned Action atau Model Behavioral Intentions.) 2.Jalur eksperiental(dapat dipelajari dengan.A.Balance Theory,Bmempengaruhi sikap dengan teori pertimbangan sosial.) 3.Jalur Pengaruh perilaku(dapat di pelajari dengan A.Mempelajari pengaruh Behaviorial).
Selain 3 hal diatas pemasar juga dapat mengubah Sikap setelah pembelian dengan mempelajari Dissonance Theory,Atributtion theory dan Passive learning.Selain itu ada 4tipe menurut Assael(1992) di dalam menguatkan dan mengubah sikap
1.Menguatkan sikap positive diantara pengguna dan merek yang telah ada,perusahaan dapat menggunakan iklan untuk menjaga sikapa positive pengguna terhadapa merek yang di jual.
2.Menaraik pengguna baru dengan menggunakan merek yang sudah ada dengan menekankan manfaat positive dari merek tersebut.
3.Memposisikan Produk baru kepada Pengguna yang telah ada.
4.Memposisikan produk baru kepada pengguna baru dan pasar yang baru muncul.

Hal diatas merupakan hal – hal menurut kami dapat di perhatikan di dalam Sikap dan alasan terkhir adalah Mengapa perusahaan perlu Mengubah Sikap Konsumen alasannya sebagai berikut :

1.Perusahaan ingin memunculkan segmen baru,dengan memunculkan segmen baru maka perusahaan dapat menambah income dari pengguna yang sudah ada maupun pengguan yang baru karena membutuhkan segmen tersebut.

2.Menghadang kecenderungan Negative Demand.Perusahaan harus menghadang atau mencegah negative demand dalam perubahan sikap konsumen yaitu agar tidak terjadi penurunan permintaan produk.

3.Memperluas lini Produk.Perusahaan berusaha mengubah sikap konsumen untuk menyesuaikan dengan lini produk yang baru.

4.Untuk membangun keunggulan Kompetitif.agar perusahaan memiliki posotion yang positive di mata konsumen.

Mungkin hanya ini yang baru dapat kami sampaikan terkait sikap yang nantinya kami juga membutuhkan keritik dan saran yang membangun dalam pelaporan kami.

Read more ...

BAB 7. Pembelajaran Konsumen

12 Nov 2013
Pengertian dan Teori Pembelajaran

Konsep pembelajaran dibutuhkan memahami kebiasaan, pembelajaran dapat didefenisikan sebagai perubahan perilaku yang berasal dari hasil pengalaman masa lalu. 
Ada dua aliran pemikir tehadap pemahaman proses pembelajaran konsumen:

1. Pembelajaran Perilaku ;
Menitiberatkan pada dorongan pada pengaruh perilaku atau perilaku itu sendiri.

2. Pembelajaran Kognitip ;
Menitiberatkan pada pemecahan masalah dan menekankan pada variabel pemikiran konsumen yang mempengaruhi pembelajaran.

Dalam kelompok perilaku dikembangkan dua teori pembelajaran , perbedaan terjadi pada classical conditioning dan Instrumental conditioning. 
Pada classical conditioning menerangkan perilaku berdasar pada pendirian hubungan tertutup antara dorongan primer dan dorongan sekunder. Sedangkan , Instrumental conditioning memandang perilaku sebagai fungsi dari tindakan konsumen . Kepuasan mengarahkan pada kemungkinan melakukan pembelian.
Pembelajaran mengarahkan kepada pembelian yang berulang dan kebiasaan. Dalam model yang menggambarkan perilaku kebiasaan pembelian, pengarahan kebutuhan mengarah langsung pada perhatian membeli, pembelian selanjutnya, dan evaluasi sesudah pembelian. Proses pencarian informasi dan evaluasi merek sangat sedikit (minimal).

Kebiasaan menggambarkan dua fungsi penting, yaitu penurunan resiko untuk pembelian dengan tingkat keterlibatan yang tinggi dan penghematan waktu serta energi untuk produk dengan tingkat keterlibatan yang rendah. Kebiasaan seringnya mengarahkan kepada kesetiaan merek yaitu pada pembelian yang berulang berdasarkan pada kesesuaian merek. Teori pembelajaran yang berbeda menjabarkan dua pandangan yang berbeda terhadap kesetiaan merek. 

Pendekatan instrumental conditioning menunjukkan bahwa pembelian yang konsisten terhadap suatu merek mencerminkan komitmen terhadap suatu merek. Tetapi sebagian loyalitas mencerminkan pembelian yang berulang adalah bukan karena komitmen dengan merek tetapi merupakan proses inertia. Kelompok kognitip percaya bahwa perilaku saja tidak cukup sebagai ukuran loyalitas, diperlukan komitmen sikap terhadap suatu merek.

Ilustrasi Teori Pembelajaran

1) Ilustrasi dari classical conditioning(membiasakan)
- Pavlov àeksperimen terhadap anjing
- Membiasakan sesuatu kepada konsumen sehingga ada stimulus

2) Ilustrasi dari instrumental conditioning(belajar dari kesalahan)
- Jika suatu stimulus yang diberikan mendapat respon negative atas pengalamannya dimasa lalu maka konsumen tidak akan menerima stimulus tersebut untuk masa akan datang (belajar dari kesalahan)

3) Ilustrasi dari cognitive learning
- konsumen berprilaku menyelesaikan masalah
- Masalah tersebut diselesaikan dengan cara mencari informasi berbagai produk yang mungkin menyelesaikan masalah yang di hadapi.

4) Ilustrasi pembelajaran pasif
- penerapannya pada media sebagai sarana memasang iklan (produk dengan tingkat keterlibatan rendah.
- Sebaiknya iklan menampilkan sisi lain tidak bersifat informasional tetapi berupa symbol-simbol dan penimbulan kesan dalam penyampaian pesan terhadap konsumen.

Pembelajaran Kognitif (Cognitive Learning)
pada perspektif kognitif, konsumen berperilaku untuk menyelesaikan berbagai masalahnya. Timbulmnya kebutuhan dan keinginan, dipandang sebagai masalah yang harus diselesaikan. Perilaku yang ditampilkan merupakan proses penyelesaian masalah.

Cognitive learning menekankan pada proses berpikir dalam pembelajaran konsumen, sementara itu classical conditioning menekankan pada hasil yang didasarkan pada asosiasi stimulus.

Relevansi Pengaruh Perilaku dan Cognitive Learning pada Pemasaran

Pendekatan perilaku mungkin akan sangat cocok untuk kondisi yang aktivitas kognitifnya (pengenalan masalah, pencarian informasi yang ekstensif, evaluasi alternatif, mengambil keputusan dan mengevaluais keputusan pembelian) adalah minimal. Pendekatan perilaku akan cocok untuk konsumen yang tidak begitu terlibat dalam pembelian produk. Mungkin mereka akan merasa membuang-buang waktu untuk mencari infomasi yang berhubungan dengan pembelian pasta gigi, sabun mandi, dan lain-lain.

Loyalitas konsumen

Terdiri dari :
1. Loyalitas merek (brand loyality)
Konsumen sangat loyal terhadap merek pilihannya.
2. Loyalitas merek adalah sikap menyenangi terhadap suatu merek yang di representasikan dalam pembelian konsisten terhadap merek itu sepanjang waktu.

Pendekatan loyalitas merek
a. Pendekatan instrumental conditioning; memendang bahwa pembelian yang konsisten sepanjang waktu adalah menunjukan loyalitas merek. Jadi mengukur seseorang loyal atau tidaknya dilihat dari frekuensi dan konsistensi perilaku pembelian terhadap suatu merek.
b. Pendekatan kognitif; memandang bahwa perilaku itu sendiri tidak merefleksikan loyalitas merek. Komitmen terhadap merek yang mungkin tidak hanya direfleksikan oleh perilaku pembelian yang terus menerus.

Kecendrungan konsumen berprilaku loyal:
1. Konsumen yang loyal terhadap merek cendrung lebih percaya diri terhadap pilihannya
2. Konsumen yang loyal lebih memungkinkan merasakan tingkat resiko yang lebih tinggi dalam pembeliannya.
3. Konsumen yang loyal terhadap merek juga lebih mungkin loyal terhadap toko.
4. Kelompok konsumen yang minoritas cendrung untuk lebih loyal terhadap merek.

Pembelajaran Vicarious

Adalah ide yang sederhana yang mengacu kepada seseorang merubah perilakunya karena mereka mengamati perilaku orang lain serta konsekuensi yang diterimanya.

Kegiatan utama pemodelan dalam pemasaran:
1. Pemodelan membantu orang yang mengamati, memiliki satu atau lebih pola tanggapan baru yang sebelumnya belum ada dalam daftar perilaku mereka.
2. Pemodelan digunakan untuk menurunkan atau menghambat perilaku yang tidak diinginkan.
3. Terdapat fasilitas tanggapan, dimana perilaku orang lain semata hanya berfungsi sebagai ransangan pembeda bagi pengamat dalam memfasilitasi kemunculan tanggapan yang telah dipelajari sebelumnya.

Read more ...

Tugas 1 : Autobiografi

5 Nov 2013
Aku, Astried Herera, lahir di Jakarta, tanggal 24 bulan April tahun 1993. Aku tinggal di Bekasi sejak lahir. TK, SD, SMP, SMA, dan kuliah di Bekasi pula. haha..

          Aku akan membagi pengalamanku saat berorganisasi. Aku aktif berorganisasi pada saat SMP. Karena waktunya yang cukup luang, aku mulai ikut mengajukan diri sebagai pengurus OSIS. Awalnya aku hanya ingin mendaftar sebagai anggota ekstrakurikuler, tetapi karena masukan dari teman-teman juga kakak kelas, aku tertarik untuk itkut menjadi anggota OSIS.

          SMP Jaya Bekasi, tepatnya tempat aku bersekolah. Sekolah berlandas ilmu islami (Yayasan Lembaga Islam) namun metode pengajaran dan kurikulum yang diajarkan sama seperti sekolah umum lainnya. Sejak SD, aku memang sudah ikut dalam kepengurusan di kelas. Sebagai bendahara ataupun sekertaris. Di SMP, aku juga terpilih sebagai sekertaris kelas. Aku mulai ikut ekstrakurikuler di sekolah. Seperti PMR, Pramuka, Pencak Silat, dan terakhir paduan suara. Aku termasuk anak yang aktif di sekolah. Maka dari itu, aku tertarik ikut dalam kepengurusan yang lebih luas lagi, yaitu menjadi anggota OSIS.

          Awalnya sulit, karena banyak tes yang harus aku ikuti. Tapi dengan kemauan dan kesungguhan, aku terpilih menjadi salah satu anggota OSIS. Tugasku adalah mengatur alat-alat olahraga, atau yang berhubungan dengan olahraga lainnya, karena aku juga aktif mengikuti kegiatan pencak silat, salah satu olahraga yang selalu kami adakan setiap minggunya di sekolah. Namun, kendala di OSIS saat itu adalah fasilitas yang kurang memadai, seperti ruang OSIS yang kecil membuat kami para anggota tidak sepenuhnya bisa menghadiri rapat bila ketua memanggil. Kami bergiliran mengawasi ruang. Karena di sekolahku dulu, kami bergilir masuk pagi dan juga masuk siang. Jika masuk pagi kami ke ruang OSIS siang dan sebaliknya. Efektifitas kerja juga semakin hari semakin kurang, jarang ada yang datang ke ruang OSIS untuk mengevaluasi hasil kerja. Namun OSIS sangat aktif di tahun ajaran baru, karena kami mengurus masa orientasi siswa untuk kelas VII. Pengalamanku sangat banyak saat itu. Aku juga belajar banyak dari sana, mulai dari berinteraksi bersama adik kelas, belajar mengajarkan dan membagi pengalaman berorganisasi, hingga bermain bersama-sama sampai kami tidak ada rasa canggung untuk mengungkapkan apapun itu.

          Kepengurusanku di OSIS saat itu mulai berganti karena aku naik kelas IX. Aku ingin berfokus untuk ujian nasional, jadi memutuskan untuk berhenti. Namun aku tak jarang mengunjungi teman-teman di OSIS hanya sekedar tau apa yang sedang dikerjakan dan apa yang sedang direncanakan kedepan. Kira-kira begitulah pengalamanku berorganisasi. Setelah lulus SMP dan menjadi siswi SMA aku mulai pasif berorganisasi. Karena kupikir belum menemukan ketertarikan dalam lingkungan keorganisasiannya. Sebenarnya aku ingin mengikuti banyak organisasi, namun karena banyak alasan salah satunya adalah waktu yang kurang membuatku mengurungkan niat mengajukan diri. Walaupun begitu aku tetap aktif dikelas dengan mengikuti kepengurusan kelas. Aku menjadi sekertaris kelas saat itu.

          Waktu terus berjalan dan akhirnya aku lulus SMA. Banyak kenangan selama aku bersekolah. Dari SD, SMP, hingga SMA. Aku banyak bertemu dengan teman-teman yang baik. Itu cukup membuatku senang, karena waktu bersama dengan teman-teman sangatlah indah. Berkumpul sambil bercerita, tertawa hingga kadang menangis saat cerita itu termasuk pengalaman yang menarik.

          Saat ini aku kuliah di Universitas Gunadarma. Sebelumnya aku juga tertarik untuk mengikuti keorganisasian di kampus. Aku sempat mewakili kelas untuk mengikuti berbagai kegiatan. Namun karena waktu yang sangat menyita aku berhenti dan berfokus dengan kuliah saja pikirku. Aku juga mencoba melamar menjadi anggota lab menjadi asisten, namun sayang aku belum diterima dan gagal menjadi salah satu anggota. Tak apalah, hitung-hitung menambah pengalaman… hehe.


          Waktu memang sangat cepat berlalu. Aku sudah menjadi mahasiswi semester 5. Semoga aku dan teman-teman bisa menjalaninya dengan mudah hingga kami bisa lulus bersama-sama. Amiiin… Tujuanku sekarang hanya ingin bisa mendapat hasil sebaik-baiknya dan bisa mengembangkan hasil baik itu menjadi hal yang positif, berguna, dan bermanfaat untukku sendiri juga orang banyak. Untuk sahabat-sahabat juga temanku, semoga kalian bisa sukses selalu dan diberikan kelancaran hingga kita bisa bersama menjadi orang yang sangat baik kelak.

oleh : Astried Herera
Read more ...

BAB 6. Persepsi Konsumen

5 Nov 2013
Pengertian Persepsi Konsumen
Persepsi Konsumen adalah suatu proses yang membuat seseorang memilih, mengorganisasikan, dan menginterpretasikan rangsangan-rangsangan yang diterima menjadi suatu gambaran yang berarti dan lengkap tentang dunianya.

Dari  definisi  tersebut  diatas,  kita  mengetahui  bahwa  seseorang  termotivasi untuk  membeli  adalah  dipengaruhi  oleh  persepsinya  terhadap  situasi  yang dihadapinya, sedangkan apa yang dipersepsikan seseorang dapat cukup berbeda dari kenyataan  yang  objektif.  Individu-individu  mungkin  memandang  pada  satu  benda yang  sama  tetapi  mempersepsikan atau mendeskripsikannya  secara  berbeda.

Stimuli
Stimuli atau stimulus merupakan bentuk fisik, visual atau komunikasi verbal yang dapat mempengaruhi individu. Stimuli terdiri dari 2 bentuk yaitu:

Stimuli Pemasaran : setiap komunikasi atau stimuli fisik yang didesain untuk mempengaruhi konsumen. Produk dan komponen-komponennya (seperti kemasan, isi, cirri-ciri fisik) adalah stimuli utama. Komunikasi yang didesain untuk mempengaruhi konsumen adalah stimuli tambahan yang merepresentasikan produk seperti kata-kata, gambar, dan symbol atau melalui stimuli lain yang diasosiasikan dengan produk seperti harga, took tempat produk jual, dan pengaruh akses.
Stimuli Lingkungan : stimuli fisik yang didesain untuk mempengaruhi keadaan lingkungan.

Persepsi.
Persepsi timbul karena adanya stimulus (rangsangan) dari luar yang akan mempengaruhi seseorang melalui kelima alat inderanya yaitu penglihatan, pendengaran, pembauan, perasaan dan sentuhan. Stimulus tersebut akan diseleksi, diorganisir dan diinterprestasikan oleh setiap orang dengan caranya masing-masing.

Seleksi
Proses persepsi diawali dengan adanya stimuli yang mengenai panca indera yang disebut sebagai sensasi. Stimuli ini beragam bentuknya dan akan selalu memborbardir indera konsumen. Jika dilihat dari asalnya, stimuli ada yang berasal dari individu (seperti aroma, iklan, dll) serta yang berasal dari dalam diri individu seperti harapan, kebutuhan dan pengalaman.

Ada dua faktor yang merupakan karakteristik stimuli yang dapat mempengaruhi pemilihan konsumen dalam memilih stimuli yang akan diperhatikan yaitu :

Faktor dari stimuli itu sendiri.
ü  Kekontrasan atau perbedaan yang menyolok : Obyek-obyek pemasaran yang sangat berbeda dengan yang lain akan menarik perhatian konsumen. Prisip kontras ini menyatakan bahwa stimulus eksternal yang berbeda atau berlawanan dengan kondisi yang ada akan menarik perhatian.

ü  Kebaruan : Launching produk baru sering kali diberitakan dan ini sangat menarik perhatian untuk dibicarakan maupun diperhatikan oleh konsumen.

ü  Intensitas : semakin kuat intensitas stilmuli eksternal akan semakin dirasakan konsumen, sehingga konsumen cenderung memperhatikan.

ü  Besarnya ukuran : semakin besar suatu obyek, akan semakin dirasakan oleh konsumen ( akan menjadi daya tarik bagi konsumen untuk memperhatikan.

Faktor Internal.
ü  Ebankosur Selektif : konsumen cenderung akan memilih tayangan atau apa saja yang dilihat dan dirasakan secara selektif.

ü  Perhatian selektif : kecendrungan bagi manusia untuk menyaring  sebagian informasi yang mereka hadapi. Sehingga  informasi yang lebih menonjol yang akan mendapat tanggapan.

ü  Bertahan secara Perseptual : tayangan berbagai iklan juga diperhatikan semuanya oleh konsumen, maka konsumen secara tidak sadar akan melindungi dirinya dari stimuli yang dianggap dapat membahayakan atau tidak mengenakan dirinya.

ü  Menutup secara Perseptual : pada saat konsumen ditayangkan dengan banyak iklan, konsumen akan melindungi dirinya dari serbuan stimuli yang mengenainya. Konsumen akan menahan berbagai stimuli sesuai dengan kesadarannya.

Peran Ekspektasi pada Persepsi
Ekspektasi bisa mengubah persepsi individu dimana individu tersebut bisa melihat apa yang mereka harapkan dari apa yang terjadi sekarang.

Semiotis
Keller memandang komunikasi sebagai tindakan-tindakan, meliputi tindakan memproduksi sesuatu yang dapat diterima oleh akal manusia, dengan tujuan untuk membawa manusia lainnya kepada suatu penarikan kesimpulan dari suatu interpretasi. Dalam hal ini, Keller menyatakan bahwa komunikasi merupakan suatu guessing game. Kemampuan untuk menyediakan model-model interpretatif bagi mitra tutur untuk “menebak” tujuan komunikasi disebut Keller sebagai kompetensi semiotis (semiotic competence). Sedangkan pengetahuan yang mendasari kompetensi semiotis disebutnya sebagai pengetahuan semiotis (semiotic knowledge). Kompetensi semiotis dan pengetahuan semiotis adalah kebutuhan logis dari sebuah kompetensi bahasa. Melalui kemampuan kita untuk menggunakan persepsi secara interpretatif, serta kemampuan kita untuk menggunakan kemampuan tersebut untuk tujuan komunikasi, tanda-tanda bahasa muncul secara spontan. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa bahasa merupakan hasil dari penggunaan pengetahuan semiotis yang dimiliki oleh seseorang, untuk mempengaruhi mitra tuturnya (Keller, 1998: x).

Inferensi Perseptual
Perseptual adalah kemampuan memahami dan menginterpresentasikan informasi sensori atau kemampuan intelek untuk mencarikan makna yang diterima oleh panca indera.

Inferensi adalah tindakan atau proses yang berasal kesimpulan logis dari premis-premis yang diketahui atau dianggap benar.

Kesimpulannya adalah tindakan akhir yang sesuai dengan kebenaran informasi yang kita peroleh dari panca indera.

Implikasi Pemasaran dan Inferensi Perseptual
Konsumen cenderung membentuk citra terhadap merek, toko, dan perusahaan didasarkan pada inferensi mereka yg diperoleh dr stimuli pemasaran & lingkungan.

Citra : total persepsi trhdp suatu objek, yg dibentuk dgn memproses informasi dr berbagai sumber setiap waktu. Pemasar harus secara konstan mencoba mempengaruhi citra konsumen.


Read more ...